- 8 Maret 2017
- Posted by:dimas
- Category:News, Siaran Pers
Pada tanggal 7 Maret 2017 di Gresik, Jawa Timur PT.Barata Indonesia (Persero) melakukan penandatangan Letter of Intent (LOI) dengan Standart Car Truck (SCT) a Wabtec Subsidiary Company, perusahaan asal Amerika Serikat.
LOI tersebut berisi tentang kesepakatan antara kedua perusahaan pada 2017, dimana Barata akan mengekspor komponen kereta api melalui SCT dengan nilai yang mencapai kurang lebih USD 11,8 juta pada 2017. Dalam kerjasama tersebut, Barata Indonesia sepakat untuk menyuplai komponen kereta api, bogie (pendukung rangka dasar dari badan kereta api).
LOI tersebut ditandantangani oleh Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero), Silmy Karim serta dari pihak SCT oleh Phillip R Lindsell, General Manager dari Standart Car Truck a Wabtec Subsidiary Company.
Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Silmy Karim menyatakan “ Bagi Barata Indonesia kerjasama ini adalah salah satu bentuk mewujudkan pertumbahan industri nasional dalam hal peningkatan local content bagi industri perkeretaapian,” ujarnya
Barata Indonesia yang berdiri tahun 1971 selama ini memang telah menyuplai komponen kereta api untuk kebutuhan domestik dan ekspor. Untuk memenuhi standart kualitas ekspor, pabrik foundry (pengecoran) milik Barata Indonesia telah mengantongi sertifikat AAR (Association of America Railroads) sebagai syarat untuk bisa menembus pasar ekspor ke USA & Canada.
Tidak hanya SCT, bisnis di bidang komponen perkeretapian juga akan dilakukan Barata Indonesia dengan General Electric (GE) dan PT INKA (Persero) dan juga PT KAI (Persero).
Bagi Barata Indonesia, kerjasama di bidang foundry tidak hanya terpaku pada produk-produk kereta api saja. Bidang foundry dari Barata Indonesia juga telah merambah sektor lain diantaranya sektor tambang dan juga industri semen.
Untuk bidang tambang, pabrik foundry Barata Indonesia telah berkerja sama dengan PT Antam (Persero) serta PT Bukit Asam (Persero) Tbk dengan memproduksi komponen alat-alat tambang seperti Crushers dan juga Mills. Ke depan, pihak Barata juga tak hanya akan berhenti bekerjasama dengan perusahaan BUMN dalam negeri saja, namun juga akan mencoba menyentuh pihak swasta seperti PT Freeport Indonesia.